2013

Jumat, 13 Desember 2013

Sabtu, 07 Desember 2013

Sinta


Penyayang binatang dan kertas. Penikmat novel, teater, film dan stand up comedy. Pengagum hujan dan puisi. Penyesap teh dan ice chocolate. Pencinta kamu.


Banyak hal terlalu biasa yang dilakukan. Menghabiskan waktu di toko buku. Menonton film terbaru. Menjelajahi dunia maya. Mengikuti kuis online walaupun tidak pernah menang.

Sabtu, 23 November 2013

The Next Ketua BEM


Jadi minggu lalu, ketika temen-temen gue ikut LKMM, gue malah pergi ke Bandung. Nonton acara stand up nite Bandung yang ke-8. Lumayan, ada Ge Pamungkas sama Bang Awwe. Komika yang lain sih banyak. Cuma gue ga kenal.-.v

Gue emang gitu. Malas sama yang namanya organisasi. Makanya ga ikut LKMM. Tapi tahu ga sih, gue mendapatkan fakta bahwa ah gue itu the next ketua BEM. Gue bukannya sombong. Tapi ya apa boleh buat. (tetep ini namanya nyombong)

Dua hal. Yang bikin gue yakin kalau gue the next ketua BEM. Dua hal yang bukan kebetulan. Cuman, ya gue sambung-sambungin aja.----.

Jadi waktu itu malam sabtu setelah UTS dan besoknya ada mabim. Gue sama temen gue, sebut saja Amelien, pergi ke sebuah Cafe. Gue ke sana bukan niat makan sih. Gue mau nonton openmic. Stress cyinn abis UTS butuh hiburan.

Selasa, 19 November 2013

Tidak Lucu


Gerah aja sama mereka yang pakai kata autis, idiot dan cacat buat bercandaan. Ga ngerti sama mereka. Kepekaannya tuh di mana? Apa mereka tahu gimana rasanya dijadiin bahan olok-olok? Lagipula autis, idiot dan cacat bukan merupakan kata sifat.

Rabu, 02 Oktober 2013

Pagi, Siang, Senja, Malam.


Pagi lagi. Hari yang baru lagi. Doa yang hampir sama setiap harinya. Semoga hari dapat dijalani dengan segala kearifan.

Siang. Matahari entah mengapa tak jenuh untuk memancarkan kesuperioranya. Keringat. Menggantung di pelipis setiap orang. Berkilau, terkena sinar matahari.

Musisi


Saya suka musik. Tapi saya bukan pemusik. Saya hanya penikmat. Saya suka mendengarkan musik untuk menemani saya belajar atau hanya sekedar me mbaca novel. Musik membuat saya lebih tenang ditengah kegrasa-grusuan saya.

Saya adalah orang yang kemana-mana lebih sering menggunakan angkutan umum; angkot atau bis. Dan di sana saya selalu bertemu dengan musisi-musisi

Sabtu, 28 September 2013

Mas Toko Buku


Selasa yang lalu saya pergi ke toko buku bekas yang ada depan kampus. Rencananya sih nyari novel Tere Liye yang pasti tahu sendiri harga buku barunya berapa. Karena saya anak kost (?), jadilah ga mampu beli, buku bekas pun jadi. Yang penting isinya kan? *ngeles

Rabu, 18 September 2013

Nothing


Banyak sekali yang ingin aku tulis. Tapi semuanya buyar ketika mataku menangkap layar komputer. Entahlah. Sudah sangat lama aku tidak menulis dan membaginya pada semua orang yang tersesat pada laman blog sederhanaku ini.

Minggu, 23 Juni 2013

Kehilangan (part 2)



Konsentrasi Cakka ketika menyetir terbagi. Antara jalanan dan gadis di sebelahnya. Ify. Gadis itu mendekap boneka beruang jumbonya. Seperti sayang sekali pada sang boneka yang baru didapatnya beberapa jam yang lalu. Namun kedua matanya menatap kosong. Jiwanya entah berkelana ke negeri mana. Jauh meninggalkan raganya.

Kehilangan (prolog dan part 1)



Ify. Remaja tanggung yang sekarang duduk di bangku sebuah SMA ternama di kotanya itu sudah tidak percaya lagi kepada mahluk bernama lelaki. Baginya, semua lelaki itu jahat, menyebalkan. Mereka selalu membuat perempuan menangis semalaman hingga membuat mata sembab. Mereka selalu menjadi sebab dari elegi kesakitan setiap perempuan. Mereka selalu menjadi alasan setiap perempuan untuk berkorban. Padahal, mereka tak pernah sedikit pun memberi balasan. Walaupun hanya sesungging senyuman.

Dongeng



Aku menyampaikannya. Karena aku pikir, waktuku telah habis untuk menyimpan semuanya sendirian. Dengan segala kerendahan hati aku persembahkan rasa ini. Yang telah ku sembunyikan bahkan sebelum kamu tahu ada aku di sekitarmu.

***

Ify tidak suka pada keramaian. Karena

Kamis, 07 Februari 2013

HUJAN, Kita Dan Mimpi part 25A




Aku menghempaskan tubuhku ke atas kursi. Mendesah dan melirik kursi di sebelahku. Kosong. Kemana pula gadis itu? Bukankah dia tak pernah terlambat? Ck. Aku  berdecak. Baru sadar, penghuni tetap kursi itu telah pergi. Kemarin. Aku mengulum bibir.
"Hey! Kenapa?" tanya Gabriel. Ia baru

Sabtu, 02 Februari 2013

Lebih Dari Plester part 16B



Sivia tidak pernah bercita-cita menjadi seorang penjahat. Mengambil sesuatu yang sebenarnya telah menjadi hak orang lain. Tapi ia bisa apa. Perasaan cinta yang ia punya terlalu besar. Membutakan logikanya. Menumpulkan hati kecilnya.

Mungkin, selingkuh tidak ada salahnya. Selama ia bisa menutupnya dengan rapat, sah-sah saja sepertinya. Selama itu, ia tidak menyakiti hati siapa pun, bukan?

Lebih Dari Plester part 16A


Gabriel merasa dirinya kembali menjadi anak-anak. Ia merasa dilemparkan kepada masa kecilnya di mana ia gemar sekali bermain kucing-kucingan. Dulu, ia biasa bermain dengan Rizky dan Daud. Mengelabuhi dua sahabat ciliknya itu dengan sangat sempurna. Bersembunyi di tempat yang sangat tertutup. Rizky dan Daud yang kebagian jaga tidak pernah berhasil menemukan Gabriel. Gabriel kucing yang handal.

Sekarang, ia kembali bermain kucing-kucingan. Bukan dengan Rizky atau Daud yang sudah jelas-jelas pindah ke luar kota sejak mereka masuk ke sekolah menengah pertama. Kini, ia bermain dengan Ify, Rio, Oik dan semua orang yang berpotensi membahayakan posisinya. Kali

Lebih Dari Plester part 15



Gadis itu menggeliat. Memalingkan wajah untuk menghindari seberkas sinar yang tajam menusuk matanya. Setelah beberapa detik beradaptasi, gadis itu perlahan membuka matanya. Lalu merasa perlu menyisir setiap sudut kamarnya. Dan ketika matanya tertumbuk pada pintu yang menghubungkan kamarnya dengan balkon yang menjeblak terbuka, gadis itu tersenyum. Melihat seorang pemuda yang berdiri dekat pagar pembatas. Entah sedang melakukan apa.

Sivia-gadis itu menendang selimut yang semalaman menghangatkan tubuhnya. Berjingkat dari ranjangnya. Dengan sisa-sisa tenaga, berjalan tersaruk menghampiri sang pemuda. Cakka tentu saja.

"Good morning!" tukas Sivia ketika

Lebih Dari Plester part 14B


Hari ini untuk kesekian kalinya, lagi-lagi Cakka gagal mengalahkan ketakutannya. Nyali yang telah ia kembangkan seketika menyusut kala ia menjejak pintu masuk sebuah TPU terbesar di kotanya. Rasa bersalah itu merongrong tembok keberaniannya.

Namun ia masih tetap berusaha. Menyeret kakinya yang entah mengapa terasa begitu berat. Menelusuri satu persatu gundukan tanah yang telah ditutupi rumput. Memindai nama-nama yang terukir di permukaan batu nisan yang menempel pada masing-masing gundukan. Ia hanya mencari satu nama. Nama seorang gadis yang pernah berkuasa di altar suci hatinya satu tahun silam. Yang kini