Agustus 2012

Senin, 27 Agustus 2012

Lebih Dari Plester part 13A


Kalau begini jadinya, aku tidak ingin diberitahu akan seperti apa aku nanti. Tuhan, lindungi aku dari keadaan tahu ini!

***

Ify melihat refleksi seorang gadis dalam cermin. Nampak sempurna dengan balutan seragam sekolahnya. Lengkap dengan bletzer biru kotak-kotak berenda. Rambutnya dibiarkan terurai. Kalung perak menjuntai menghiasi lehernya. Apa yang kurang?

Coba perhatikan dari ujung sepatu

Minggu, 26 Agustus 2012

HUJAN, Kita Dan Mimpi part 24



Satu hari menuju kepindahan Keke. Semua semakin aneh saja. Keke yang belum mau menceritakan penyebab mengapa ia berubah menarik dirinya dari dunia luar. Hanya sekolah, setelah itu tak ada lagi. Keke menolak Gabriel yang memintanya untuk kembali aktif dalam kegiatan ekskul musik. Sebaliknya, ia juga tak membiarkan dunia luar menjamah harinya. Aku, Gabriel dan Agni yang hampir setiap hari mengunjungi rumahnya tak pernah ia temui. Meminta sang mama atau pembantunya untuk mengusir lembut kami. Ia tak ingin diganggu. Ia hanya ingin sendiri saat ini.

Begitu pun saat tadi siang ketika ia pulang sekolah.

Jumat, 17 Agustus 2012

HUJAN, Kita Dan Mimpi part 23



Keke baru saja menjejakkan kaki di rumah. Gadis manis itu langsung dikejutkan oleh suara isakan yang terhantar udara dari salah satu ruangan dengan pintu yang setengah terbuka. Ia mendesah. Ini bukan kali pertama. Telah banyak isakan yang tercipta di rumah mewah itu. dan salah seorang yang rutin menciptakan isakan menyedihkan itu adalah orang yang sama dengan orang yang kini tengah menangis sendirian di dalam ruangan bercahaya remang. Keke masuk dan menghampiri pemilik tangis teriris itu. Wanita hebat yang telah membantunya untuk hadir dan menikmati bagaimana mengagumkannya hidup. Keke duduk di samping wanita sendu itu. Mengatakan “Mama” pelan.

            Wanita yang dipanggil oleh Keke dengan

Lebih Dari Plester part 12


Mulai berhitung. Satu. Dua. Tiga. Hingga tak berhingga.

Satu, untuk sepenggal masa lalu. Dua, untuk penggalan yang lainnya. Tiga, masih tetap sama. Tak berhingga, masa lalu itu sempurna terbaca. Akibatnya sudah dapat terkira. Tak berhingga, untuk pemahaman dari apa itu masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.

***

Ify melipat kedua tangannya di depan dada. Celingak-celinguk mencari Rio yang tiba-tiba saja menghilang. Tadi, Ify kalah cepat oleh Rio ketika

Jumat, 03 Agustus 2012

Lebih Dari Plester part 11



Keduanya mulai beraksi. Terjun ke jalanan dengan menggunakan baju yang sama. Medan utama mereka adalah area lampu merah dengan target para pengguna jalan raya yang tentu saja tengah berhenti. Mereka memberikan masing-masing satu plester dinosaurus dan selembar brosur kepada setiap pengguna jalan. Brosur ajakan untuk saling mengasihi antar sesama. Saling berbagi. Alangkah indahnya kalau semua penghuni bumi dapat melakoninya. Dengan ketulusan hati dan kebijakan diri.

Ify bersemangat melakukannya. Menghampiri pesepeda motor. Memberikan plester dan brosur. Memberikan senyuman termanisnya. Beralih pada yang lain. Mengetuk jendela mobil. Sang empunya mobil membukanya secara perlahan. Langsung disuguhi plester dinosaurus. Berterimakasih. Lantas berpindah pada mangsa-mangsa lainnya. Begitu terus sampai satu jam ke depan. Tanpa lelah ia membagikan plester-plester menggemaskan itu. Melupakan sejenak keterbatasan yang bersemayam dalam tubuh mungil nan ringkihnya. Ify hanya ingin berbagi kebahagiaan siang ini.

Awalnya Gabriel setengah hati melakukannya. Buang-buang waktu dan tenaganya saja. Begitu pikir Gabriel. Ia malas-malas membagikan plester. Senyum miring pula yang ia suguhkan. Tanpa keikhlasan. Tapi melihat Ify yang begitu bersemangat melakukan gerakan seribu plester dinosaurus yang menurutnya aneh itu, hati Gabriel