Februari 2013

Kamis, 07 Februari 2013

HUJAN, Kita Dan Mimpi part 25A




Aku menghempaskan tubuhku ke atas kursi. Mendesah dan melirik kursi di sebelahku. Kosong. Kemana pula gadis itu? Bukankah dia tak pernah terlambat? Ck. Aku  berdecak. Baru sadar, penghuni tetap kursi itu telah pergi. Kemarin. Aku mengulum bibir.
"Hey! Kenapa?" tanya Gabriel. Ia baru

Sabtu, 02 Februari 2013

Lebih Dari Plester part 16B



Sivia tidak pernah bercita-cita menjadi seorang penjahat. Mengambil sesuatu yang sebenarnya telah menjadi hak orang lain. Tapi ia bisa apa. Perasaan cinta yang ia punya terlalu besar. Membutakan logikanya. Menumpulkan hati kecilnya.

Mungkin, selingkuh tidak ada salahnya. Selama ia bisa menutupnya dengan rapat, sah-sah saja sepertinya. Selama itu, ia tidak menyakiti hati siapa pun, bukan?

Lebih Dari Plester part 16A


Gabriel merasa dirinya kembali menjadi anak-anak. Ia merasa dilemparkan kepada masa kecilnya di mana ia gemar sekali bermain kucing-kucingan. Dulu, ia biasa bermain dengan Rizky dan Daud. Mengelabuhi dua sahabat ciliknya itu dengan sangat sempurna. Bersembunyi di tempat yang sangat tertutup. Rizky dan Daud yang kebagian jaga tidak pernah berhasil menemukan Gabriel. Gabriel kucing yang handal.

Sekarang, ia kembali bermain kucing-kucingan. Bukan dengan Rizky atau Daud yang sudah jelas-jelas pindah ke luar kota sejak mereka masuk ke sekolah menengah pertama. Kini, ia bermain dengan Ify, Rio, Oik dan semua orang yang berpotensi membahayakan posisinya. Kali

Lebih Dari Plester part 15



Gadis itu menggeliat. Memalingkan wajah untuk menghindari seberkas sinar yang tajam menusuk matanya. Setelah beberapa detik beradaptasi, gadis itu perlahan membuka matanya. Lalu merasa perlu menyisir setiap sudut kamarnya. Dan ketika matanya tertumbuk pada pintu yang menghubungkan kamarnya dengan balkon yang menjeblak terbuka, gadis itu tersenyum. Melihat seorang pemuda yang berdiri dekat pagar pembatas. Entah sedang melakukan apa.

Sivia-gadis itu menendang selimut yang semalaman menghangatkan tubuhnya. Berjingkat dari ranjangnya. Dengan sisa-sisa tenaga, berjalan tersaruk menghampiri sang pemuda. Cakka tentu saja.

"Good morning!" tukas Sivia ketika

Lebih Dari Plester part 14B


Hari ini untuk kesekian kalinya, lagi-lagi Cakka gagal mengalahkan ketakutannya. Nyali yang telah ia kembangkan seketika menyusut kala ia menjejak pintu masuk sebuah TPU terbesar di kotanya. Rasa bersalah itu merongrong tembok keberaniannya.

Namun ia masih tetap berusaha. Menyeret kakinya yang entah mengapa terasa begitu berat. Menelusuri satu persatu gundukan tanah yang telah ditutupi rumput. Memindai nama-nama yang terukir di permukaan batu nisan yang menempel pada masing-masing gundukan. Ia hanya mencari satu nama. Nama seorang gadis yang pernah berkuasa di altar suci hatinya satu tahun silam. Yang kini