Juni 2012

Selasa, 19 Juni 2012

Lebih Dari Plester part 10B


Karena walaupun masa lalu adalah hal yang tabu, tak akan ada yang pernah bisa menghapusnya dari sejarah.

***

Bunyi bel yang menjerit bersamaan dengan Bu Winda yang mengakhiri pelajaran untuk hari ini, sontak membuat Ify mencelat. Sedari tadi, bunyi itulah yang dinanti. Ya, karena ketika bel berbunyi, ia akan mulai beraksi.

Ify terburu-buru membereskan buku serta alat tulis lainnya. Memasukannya ke dalam tas. Gadis itu sangat bersemangat.

Jauh berbeda dengan pemuda di sampingnya. Ia sama sekali tak berselera untuk pulang. Ah, tidak. Ia tak akan pulang. Bukankah ia harus memenuhi permintaan gadis cerewet itu? Maka dengan enggan, ia bersiap.

Ekspresi yang tidak menyenangkan dari pemuda itu, membuat Ify sebal. Gadis itu berkacak pinggang. Mempelototi sang pemuda.

"Gabriel!" desis Ify. Pemuda empunya nama mendongak. Menatap malas Ify. Sejurus berikutnya, memutar kedua bola mata.

Ify mendengus. "Gabriel! Semangat dong! Semangat!" Ify

Jumat, 15 Juni 2012

Untuk Juni


Juni...
Ingatkah kau pertemuan pertama kita? Ketika itu aku masih setinggi dagumu. Ah, sampai sekarang pun, tinggi badanku tak berubah. Kamu curang. Menjadi tinggi sendirian.

Tak ada yang berbeda dengan dirimu. Kau sama saja seperti pemuda lainnya. Tidak menarik. Gaya berpakaianmu biasa saja. Celana panjang dan kemeja.

Terimakasih Juni


Terimakasih Juni...
Untuk kesediaanmu menjadi bagian penting di hidupku. Nanti, akan ku ceritakan tentangmu pada seluruh rakyat bumi.

Terimakasih Juni...
Untuk ketulusan hatimu meminjamkan waktu berhargamu padaku. Untuk memenuhi inginku.

Terimakasih Juni...
Untuk tidak menjadikanku gadis yang lemah. Kau selalu berkata, bahwa aku gadis paling kuat sejagad raya.

Terimakasih Juni...
Untuk keikhlasanmu mengais satu persatu rasaku padamu. Hingga kau kemas menjadi satu.

Terimakasih Juni...
Untuk pilihanmu yang telah membiarkanku mencicipi lembutnya telapak tanganmu. Tangan yang juga selalu bertadah menampung setiap tetes air mataku.

Terimakasih Juni...
Untuk hari-hari menyenan

Cukup Bahagia


Dia adalah Gabriel. Pemuda penyendiri yang aneh. Yang justru membuatku selalu saja ingin memandangi siluetnya. Ya, untuk saat ini cukup itu saja. Tidak kurang. Tidak lebih.

Hampir setiap jam istirahat aku mendapati Gabriel berada di sana. Duduk menekuk lutut di depan ruang kelasnya. Sendirian. Kadang, ia membaca. Kadang, ia juga mendengarkan musik. Musik rock favoritnya. Namun, yang sering ia lakukan adalah tidak ada. Hanya melamun. Menatap kosong ke depan.

Ketika yang dilakukan Gabriel hanya itu-itu saja, maka aku pun sama. Memandanginya dari depan ruang kelasku yang kebetulan berdampingan dengan ruang kelasnya. Menatap lekat-lekat bagaimana air muka wajahnya. Namun, tak pernah ku dapati ekspresi lain di sana. Datar saja. Hanya ketampanan yang kentara. Diam-diam, aku mengaguminya.

Hampir beberapa pekan aku selalu mencuri pandang ke arahnya. Sembari memupuk tetesan rasa kagum yang menghujami setiap dinding hatiku. Dan selama itu pula,

Jumat, 01 Juni 2012

Lebih Dari Plester part 10A


"Gabrieeeel!" Ify berteriak sekeras mungkin. Suara cemprengnya memekikan setiap telinga yang mendengarnya. Gadis itu kemudian berlari. Seraya memegangi kacamata berplester dinosaurusnya. Buku jumbo ada dalam dekapannya.

Pemuda yang dipanggil Ify segera berbalik. Menanti Ify yang berlari menyongsongnya. Rambut Ify berkibar seiring hentakan kakinya.

"Hehe..." Ify nyengir. Menunjukan deretan giginya yang sebenarnya agak berantakan. Gabriel memandanginya bingung. Bergidik geli melihat ekspresi Ify ketika menghilangkan nafas terengah-engahnya.

"Apa? Mau nebeng pulang? Jangan!" ujar Gabriel ketus.

"Ish! Bukan! Aku mau minta sesuatu. Hehe..." kata Ify. Diakhiri dengan cengiran yang lebih menggemaskan.

Gabriel memutar kedua bola

Coretan Pisang Goreng: Belek Dan Balak


Hai! Udah lama ga bikin beginian (?). Sibuk sama puisi dan dinosaurus. *eh Sibuk juga jualan kue. Alhamdulillah, Jingga Bakery makin sukses. Tadi aja jualan laku semua. Ya, ini kan pekerjaan yang halal dan terbaiklah! .-.


Saya sekarang mau cerita tentang teman-teman saya. Iya, saya punya teman. Keren, kan? #halah


Di sekolah, saya dekat sama Ana, Wulan, Mbak, dan Merlin. Dengan mereka saya merasa hidup. Bukan berarti kalau ga ada mereka saya mati. Tapi mereka klop banget sama saya. Gilanya saya ada yang nemenin. Capek saya gila sendirian. *eh Iya. Mereka berani gila.


Dengan mereka pulalah saya mencoba banyak profesi. Ya, kami multitalent *eh Kami pernah bikin sekolah. Padahal kami -kecuali Wulan- di sekolah OTB. *toeng Terus, dulu lagi musim Chery Belle. Kami bikin