September 2014

Senin, 22 September 2014

Untuk Kamu, Dari Aku




Untuk kamu, seseorang yang hanya bisa leluasa kueja dalam doa.

Halo, Kak! Ingin rasanya sapaan singkat itu kuucapkan tiap kali kita bertemu. Tapi lidahku selalu kelu. Bibirku selalu beku.

Halo, Kak! Akhirnya aku bisa menyapamu. Malam ini. Dari jauh. Meski aku tahu takkan pernah sampai, tapi paling tidak, jemariku berani menuliskannya.

Sabtu, 20 September 2014

Sejatiku Kamu 2




Papa adalah orang paling murah tawa. Lucu sedikit tertawa. Lucunya banyak apalagi. Misal ada yang melawak dan tidak lucu sama sekali pun, ia pasti akan tertawa. Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang. Begitu kata Papa. Setelah aku sudah cukup besar, barulah aku tahu bahwa kalimat itu ia contek dari grup lawak favoritnya: Warkop DKI. 

Papa sangat menyukai seni komedi. Bahkan kalau bisa, dia pasti sudah jadi pelawak saat ini. Sepanggung dengan Srimulat dan bermain film bersama warkop DKI. Sayangnya Papa hanya diciptakan sebagai penonton. Ya, dia adalah penonton setia apa pun yang berbau komedi. Film-film Warkop DKI, serial TV Mr Bean hingga pertunjukan ketoprak Srimulat. 

Kamis, 11 September 2014

Sejatiku Kamu part 1


Aku tidak tahu caranya mencintai. Tapi untuk mencintaimu aku tak perlu belajar lagi. Karena dengan dicintaimulah aku mencintaimu.

Papa selalu bilang bahwa Tuhan Mahacinta. Dan memang benar. Oleh karenanyalah aku bisa mengenal cinta sedahsyat Papa. Cinta yang tegas, kekal, melapangkan.

 Pa, aku cinta Papa!

Selasa, 02 September 2014

Dua


Ini bukan tentang pasangan capres nomor dua yang gue dukung. Ini tentang apa yang terjadi selama semester dua kemaren. Banyak sukanya, dukanya pun ga sedikit. Campur aduk. Harus gue akuin, ga mudah menjalani apa yang bukan passion kita. Tapi gue udah terlanjur nyemplung. Jalani aja.

Semester dua kemaren udah lumayan bisa beradaptasi. Meskipun ga jarang