Sebab Akibat

Senin, 08 Mei 2017

Sebab Akibat


Waktu itu aku masih amnesia. Aku tidak bisa mengingat apa pun saat kedua mataku membuka dan kulihat wajah-wajah bahagia yang sudah lama menantiku. Yang aku tahu, aku pernah hidup bersama mereka. Bahkan menjadi satu. Entah di mana dan kapan tepatnya.

Lalu kemudian aku bertumbuh. Sel-sel tubuhku saling membelah dan aku pun membesar. Perlahan ingatanku kembali. Kalianlah yang kupanggil dengan sebutan paling indah yang pernah kudengar, Mama, Papa.

Ma, Pa, aku masih ingat hari pertamaku masuk Sekolah Dasar. Harusnya saat itu aku masuk TK. Aku tidak mau. Aku merengek ingin masuk Sekolah Dasar. Dan kalian pun mengabulkannya. Aku jadi anak SD yang harus belajar membaca, berhitung dan menulis. Bukan hanya belajar bernyanyi, menari dan melatih kepercayaan diri. Tapi aku tidak lantas kehilangan masa 'menyenangkan' di TK. Kalian ajak aku bermain, bernyanyi dan menari sehingga sekarang aku begitu percaya diri. Kalian bilang, saat tidak ada satu pun manusia yang bisa dipercaya, jadilah diri yang bisa aku percayai. Sekarang aku sangat percaya pada diriku sendiri. Terimakasih telah menjadi Taman Kanak-kanak untukku hingga kini.

Di sekolah, aku sering dibully. Dikata-katai pendek, jelek dan gemuk. Aku sering pulang dalam keadaan menangis. Tapi kalian menguatkanku. Pendek, jelek dan gemuk hanyalah ciri fisik yang fana. Kalian bilang, aku akan tumbuh tinggi, cantik, dan kurus. Sekarang, lihat aku! Meski aku tidak setinggi, secantik dan sekurus bintang sinetron itu, tapi aku tumbuh dengan sangat hidup, dan itu jauh lebih dari cukup. Ma, Pa, terimakasih untuk tidak mengajariku mengenai ukuran cantik yang selalu dikaitkan dengan Princess Disney atau Barbie!

Ma, Pa, tahu tidak apa yang paling aku syukuri dalam hidup ini? Aku punya diriku dan kalian berdua. Kalian dua manusia bertolak belakang yang membuat pikiranku terbuka dan bebas menentukan apa pun.

Mama tidak pernah menuntutku apa-apa. Bukan berarti dia tidak ingin aku jadi yang terbaik. Tapi buat apa jadi yang terbaik kalau hanya sebagai pembuktian kepada orang lain? Kata Mama, aku tidak perlu membuktikan apa pun. Hidup, berdamai, dan berbahagia saja sudah cukup.

Papa dulu suka melarang aku macam-macam. Tidak boleh ini, tidak boleh itu. Sampai sekarang juga. Namun dia selalu memberikanku kesempatan untuk bernegosiasi. Akhirnya aku boleh ini, aku boleh itu.

Ma, Pa, lebih dari dua tahun yang lalu saat pertama kalinya aku berteman dengan penyakit itu, kalian berdua adalah orang-orang yang aku percaya tidak akan meninggalkanku. Waktu aku hampir menyerah, kalian ada di sana, tersenyum dan memelukku. Dan kemudian berjalan di sampingku. Berjuang dengan segala kesakitan dan kesedihan. Karena kalian, sekarang aku bisa berdamai dengan kemalangan itu.

Ma, Pa, empat tahun adalah waktu yang singkat untuk aku dapat memahami semuanya, tentang mengapa aku ada di sini. Tapi kalian tidak memaksaku untuk mengerti. Kalian hanya memberikanku semangat dan dorongan agar aku terus berlari. Menapaki jalan yang penuh dengan rintangan ini. Tangis, luka, sedih, dan pilu telah kunikmati. Hingga akhirnya aku mencapai titik ini.

Kalian beri aku nama yang indah, Sinta Nurwahidah. Lalu disematkanlah tiga huruf di belakang namaku. Katanya itu gelar. Aku tidak bangga. Kebanggaanku adalah lahir dan tumbuh di antara kalian.

Seperti yang pernah kalian ajarkan, wujud bahagia setiap orang berbeda. Waktu aku pakai toga, aku lihat mata kalian berbinar bangga. Bolehkah aku sebut itu bahagia?

Ma, Pa, terimakasih untuk perasaan bahagia atas segala yang aku lakukan. Mungkin aku tidak cukup cemerlang dibandingkan anak-anak lain. Tapi aku selalu berusaha untuk terus bersinar. Untuk kalian dan untuk diriku sendiri.

Semua yang aku lakukan bukanlah untuk membuktikan apa pun. Bukan juga untuk membalas kasih sayang kalian berdua. Karena aku percaya, kasih dan sayang yang kalian beri tidak pernah butuh balasan. Semua yang aku lakukan adalah akibat dari banyak sebab yang telah kalian tanam selama hampir 21 tahun aku hidup.

Terimakasih.

2 komentar :

  1. selalu suka dan tetep jadi orang yang gua kagumi, Sin. Lo orang cerdas karena memiliki 2 kecerdasan. Sosial dan Akademik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mellll, baru bacaaa :( huaaa terharu tulisan ini dibaca Amel, manusia paling tidak takut apa pun. Satu dari sedikit manusia yang berani menentang arus. Emang harus ada lebih banyak manusia kayak lo, Mel! I love youuu.-.

      Hapus

Komentari