Lebih Dari Plester prolog
Ketika cinta dari masa
lalu menyembul tanpa malu, masihkah ia menyambutnya dengan terbuka? Walau rasa
itu masih sedikit tersisa, tetap tak akan cukup untuk menggantikan seonggok
rasa yang telah tertelan masa.
***
Pemuda itu punya masa lalu yang indah. Tiga tahun lalu, ketika tingginya belum semenjulang sekarang, ketika ia masih mengenakan seragam putih biru, ketika wajahnya masih meninggalkan gurat-gurat wajah anak-anak yang menyenangkan. Di usianya yang masih belia, ia telah diperkenalkan pada sebuah rasa yang mereka bilang cinta. Sang Amor menancapkan panah itu ketika ia pertama kali bertemu dengan seorang gadis. Gadis cantik yang mungil yang telah dirancang Tuhan untuk menolongnya ketika terjatuh dari sepeda.
"Nanti kalau pakai sepeda, jangan lupa pakai helm. Biar kalau jatuh, ga luka kaya begini." ujar gadis itu. Dengan telaten menempelkan plester luka bergambar dinosaurus pada kening sang pemuda.
Sementara si pemuda, menatap terpana. Kedua matanya lekat mengamati profil wajah cantik di hadapannya. Bagian yang paling ia suka dari gadis itu adalah bola coklat matanya.
"Sekolahku di sana. Kalau kamu luka lagi, kamu bisa cari aku. Aku masih punya banyak plester dinosaurus kok." ujar gadis itu lagi. Tersenyum menyeringai setelah selesai menutup baret luka si pemuda.
Pemuda itu tak menjawab. Ia hanya mengangguk. Lantas menatap takjub ketika gadis itu berpamitan. Ia mendapati siluet gadis itu yang perlahan menghilang dari pandangan. Ia tersenyum. Baiklah. Kalau begitu, ia akan sering menjatuhkan tubuhnya. Agar ia bisa sering bertemu gadis plester itu. Pemikiran yang sangat polos.
Dan nyatanya, hanya jatuh sedikit saja, hanya digigit seekor semut saja, ia langsung mendatangi gadis itu. Meminta gadis itu untuk mengobatinya. Membagi plester dinosaurus padanya. Dan gadis itu pun tak pernah merasa keberatan apalagi direpotkan. Dengan senang hati, ia membalut setiap luka di tubuh sang pemuda. Ia calon dokter yang berbakat.
Intensitas pertemuan mereka semakin hari semakin meningkat. Kali ini tanpa syarat. Pemuda itu bisa datang kapan saja pada sang gadis. Tanpa harus terluka terlebih dahulu. Maka dari itu, hampir setiap hari mereka bertemu.
Empat bulan setelah mereka saling mengenal, barulah pemuda itu memberanikan dirinya untuk mengungkapkan isi hatinya. Bahwa ia ingin menjadi seorang yang istimewa lebih dari yang lainnya. Gadis itu tak menolak. Karena ia juga merasa istimewa bisa melewati setiap hela nafas bersama pemuda yang telah resmi menjadi pemudanya.
Harapan agar hubungan menyenangkan yang terjalin antara mereka bisa bertahan hingga beberapa dasa warsa ke depan, harus terbantahkan. Karena beberapa bulan kemudian, gadis itu menghilang. Menghapus jejak-jejak yang ia tinggalkan. Ia pergi tanpa alasan. Hanya meninggalkan segores pesan yang dipintanya untuk tetap berada dalam genggaman.
"Aku pergi. Nanti, ketika aku kembali, aku akan bawa banyak sekali plester dinosaurus untuk kamu."
Hanya itu pesan sederhana yang mengandung makna tersirat. Setelah itu, ia benar-benar pergi. Gadis itu seperti hilang ditelan bumi. Bagai mengabur terhembus angin.
Dan pemuda itu masih terpuruk di sana. Dalam palung luka yang telah gadis itu buat untuknya. Ia masih bertahan hanya dengan segores pesan yang masih lekat pada kepalan tangan. Ia bertahan untuknya. Untuk gadis yang telah hampir 3 tahun menghilang dari harinya. Ia masih mengharapkan gadis itu kembali. Ya, setidaknya sampai butiran-butiran jenuh itu menggenangi hati. Lantas genggaman itu melonggar. Pada akhirnya, pesan sederhana itu lolos melalui sela-sela jemari.
***
***
Pemuda itu punya masa lalu yang indah. Tiga tahun lalu, ketika tingginya belum semenjulang sekarang, ketika ia masih mengenakan seragam putih biru, ketika wajahnya masih meninggalkan gurat-gurat wajah anak-anak yang menyenangkan. Di usianya yang masih belia, ia telah diperkenalkan pada sebuah rasa yang mereka bilang cinta. Sang Amor menancapkan panah itu ketika ia pertama kali bertemu dengan seorang gadis. Gadis cantik yang mungil yang telah dirancang Tuhan untuk menolongnya ketika terjatuh dari sepeda.
"Nanti kalau pakai sepeda, jangan lupa pakai helm. Biar kalau jatuh, ga luka kaya begini." ujar gadis itu. Dengan telaten menempelkan plester luka bergambar dinosaurus pada kening sang pemuda.
Sementara si pemuda, menatap terpana. Kedua matanya lekat mengamati profil wajah cantik di hadapannya. Bagian yang paling ia suka dari gadis itu adalah bola coklat matanya.
"Sekolahku di sana. Kalau kamu luka lagi, kamu bisa cari aku. Aku masih punya banyak plester dinosaurus kok." ujar gadis itu lagi. Tersenyum menyeringai setelah selesai menutup baret luka si pemuda.
Pemuda itu tak menjawab. Ia hanya mengangguk. Lantas menatap takjub ketika gadis itu berpamitan. Ia mendapati siluet gadis itu yang perlahan menghilang dari pandangan. Ia tersenyum. Baiklah. Kalau begitu, ia akan sering menjatuhkan tubuhnya. Agar ia bisa sering bertemu gadis plester itu. Pemikiran yang sangat polos.
Dan nyatanya, hanya jatuh sedikit saja, hanya digigit seekor semut saja, ia langsung mendatangi gadis itu. Meminta gadis itu untuk mengobatinya. Membagi plester dinosaurus padanya. Dan gadis itu pun tak pernah merasa keberatan apalagi direpotkan. Dengan senang hati, ia membalut setiap luka di tubuh sang pemuda. Ia calon dokter yang berbakat.
Intensitas pertemuan mereka semakin hari semakin meningkat. Kali ini tanpa syarat. Pemuda itu bisa datang kapan saja pada sang gadis. Tanpa harus terluka terlebih dahulu. Maka dari itu, hampir setiap hari mereka bertemu.
Empat bulan setelah mereka saling mengenal, barulah pemuda itu memberanikan dirinya untuk mengungkapkan isi hatinya. Bahwa ia ingin menjadi seorang yang istimewa lebih dari yang lainnya. Gadis itu tak menolak. Karena ia juga merasa istimewa bisa melewati setiap hela nafas bersama pemuda yang telah resmi menjadi pemudanya.
Harapan agar hubungan menyenangkan yang terjalin antara mereka bisa bertahan hingga beberapa dasa warsa ke depan, harus terbantahkan. Karena beberapa bulan kemudian, gadis itu menghilang. Menghapus jejak-jejak yang ia tinggalkan. Ia pergi tanpa alasan. Hanya meninggalkan segores pesan yang dipintanya untuk tetap berada dalam genggaman.
"Aku pergi. Nanti, ketika aku kembali, aku akan bawa banyak sekali plester dinosaurus untuk kamu."
Hanya itu pesan sederhana yang mengandung makna tersirat. Setelah itu, ia benar-benar pergi. Gadis itu seperti hilang ditelan bumi. Bagai mengabur terhembus angin.
Dan pemuda itu masih terpuruk di sana. Dalam palung luka yang telah gadis itu buat untuknya. Ia masih bertahan hanya dengan segores pesan yang masih lekat pada kepalan tangan. Ia bertahan untuknya. Untuk gadis yang telah hampir 3 tahun menghilang dari harinya. Ia masih mengharapkan gadis itu kembali. Ya, setidaknya sampai butiran-butiran jenuh itu menggenangi hati. Lantas genggaman itu melonggar. Pada akhirnya, pesan sederhana itu lolos melalui sela-sela jemari.
***
0 Komentar :
Posting Komentar
Komentari