Hidupku Seperti Susu

Sabtu, 05 November 2016

Hidupku Seperti Susu


sumber gambar: bintang.com

Bagi banyak orang, hidup seperti kopi. Semanis apa pun, selalu ada sisi pahit di dalamnya. Tapi tidak untukku. Bagiku hidup layaknya susu. Manis. Kalaupun ada rasa pahit, itu karena rasa manis yang berlebihan.

Hidupku seperti susu. Bukan berarti selamanya aku bahagia. Aku kadang bersedih dan menangis. Tapi menangis adalah salah satu tandanya hidup. Seperti kata Tomo dalam Kokoronotomo, hal pertama yang ditanyakan ketika kita lahir adalah bukan apakah kita berhasil atau tidak, tapi apakah kita menangis atau tidak. Karena itulah aku menangis. Banyak orang yang terlalu keras menjalani hidup sampai sudah tidak mampu lagi menangis. Bersyukurlah bagi siapa pun yang masih bisa menangis.

Hidupku seperti susu, menyehatkan. Aku percaya, untuk setiap kesulitan dan kesakitan, selalu ada hal baik untukku. Setidaknya, untuk bisa aku tertawakan di kemudian hari. 

Hidupku seperti susu. Kadang kulakukan fermentasi hingga rasanya asam, supaya lebih menyehatkan. Itulah yang kulakukan ketika aku merasa jalanku untuk mencapai sesuatu sangat sulit, sangat terjal. Aku fermentasi diriku sendiri. Kutempa dengan segala macam rintang. Agar ketika aku sampai, aku lebih sehat, aku lebih kuat.

Hidupku seperti susu. Putih. Tapi aku bisa lakukan banyak hal. Kucampur coklat atau strawberry. Tapi coklat dan strawberry tidak lantas menghilangkan rasaku yang sebenarnya, susu.

Hidupku berawal dari susu. Saat aku lahir, yang kucari pertama kali adalah susu. Ibu selalu ingatkan aku tentang itu. Supaya aku tidak sombong. Supaya aku tidak lupa kemana aku harus pulang.

Seperti susu, aku ingin hidupkan banyak orang. Tapi sebelum itu, aku sendiri harus hidup. Maka aku pun hidup.

Hidupku seperti susu. Manis, menyehatkan, dan hidup.

0 Komentar :

Posting Komentar

Komentari