Selamat!
Hari ini banyak dari kita yang sedang berbahagia, mendapatkan hadiah atas kerja kerasnya selama tiga tahun. Selamat!
Satu tahun yang lalu, aku merasakan kebahagiaan itu. Rasanya ya bahagia. Iya, bahagia.
Semalaman tidak bisa tidur. Cemas. Katanya, malam itu malam yang menegangkan. Kalau ada orang yang bertamu ke rumah malam itu, berarti kamu tidak lulus. Semalaman aku berdoa, tidak ada yang mengetuk pintu rumah.
Esoknya, aku pergi ke sekolah. Katanya lagi, kalau diundang ke sekolah, artinya kamu lulus. Semoga saja!
Dan alhamdulillah aku lulus! Dengan nilai yang biasa saja. Bahkan nilai biologiku hancur porak poranda. Tapi aku tetap bersyukur.
Oh iya, kamu juga lulus. Pastinya. Kamu kan pintar. Eh, kamu jenius! Selamat ya!
Pada saat itu, kita saling memberi selamat. Awalnya sih kamu mengerjaiku, seperti biasa.
Lalu kita pun saling berdoa. Semoga sukses. Semoga segala yang dicita-citakan tercapai. Semoga berbahagia selalu. Tapi, aku menambahkan dalam hati. Semoga kita tidak akan berpisah. Oh aku tidak suka perpisahan.
Kini, setahun berlalu. Aku di sini dengan segala yang menjadikanku seperti bukan aku. Maafkan aku! Aku sudah berusaha semampuku untuk mengembalikan aku. Doakan selalu agar aku kuat. Sekuat apa pun yang kamu katakan.
Dan kamu di sana. Dengan semua mimpimu. Aku mendengar banyak sekali perkembangan tentangmu. Dari siapa? Langit berbisik padaku. Selamat sekali lagi! Aku akan mendoakan semua yang terbaik untukmu.
Kita baru dua kali bertemu setelah perpisahan itu. Dua kali itu pula rasanya aku ingin memakanmu. Supaya kamu abadi dalam diriku. Tapi aku kan bukan kanibal :(
Ya sudah, tak apa. Aku tak memaksa. Sekarang, merindumu setiap malam sudah menjadi kebiasaanku. Aku menikmatinya. Entah sampai kapan. Tapi aku mulai belajar untuk melapangkan hatiku seluas-luasnya. Kita bersama aku terima, kita berpisah pun aku pasrah.