Tidak Lucu

Selasa, 19 November 2013

Tidak Lucu


Gerah aja sama mereka yang pakai kata autis, idiot dan cacat buat bercandaan. Ga ngerti sama mereka. Kepekaannya tuh di mana? Apa mereka tahu gimana rasanya dijadiin bahan olok-olok? Lagipula autis, idiot dan cacat bukan merupakan kata sifat.


Gue ga munafik. Dulu, jauh sebelum gue mengerti, gue juga suka pakai kata autis saat temen gue malah sibuk sama hpnya,padahal jelas-jelas di depannya ada orang. Gue juga pernah pakai kata autis di salah satu cerpen gue. Ada yang ngeh?

Tapi akhirnya gue sadar. Sekitar tiga tahun yang lalu. Ketika gue masuk SMA, gue punya temen. Mamanya guru di sebuah SLB. Gue pernah diajak ke sana. Main sama anak-anak luar biasa itu. Dan kalian tahu apa?Please gue pulangnya nangis. Betapa jahatnya gue sama mereka. Jadiin mereka olok-olok. So what? Mereka toh ga pengen kayak gitu.

Ditambah lagi, gue nonton beberapa film yang mengangkat tema autisme. Kayak Langit Biru, Rumah Tanpa Jendela, dan Rectoverso.

Nah, setelah itu gue sadar. Dan gue bawel banget kalau ada temen gue yang masih aja pake kata autis buat bercandaan.

Pernah suatu kali gue bilang, "Jangan pakai kata autis! Si penderita sama keluarganya pasti tersinggung." Eh seseorang malah bilang. "Apa? Lo tersinggung? Lo autis? Atau keluarga lo yang autis?"

Saya sebenarnya nyesek dibilang gitu. Ga ngerti. Dibilangin bebal banget. Dan ga paham, rasa empatinya tuh dimana.

So, di sini gue bukan mau sok-sokan. Gue cuma mau ngajak kalian semua yang buka blog gue dan ga sengaja baca tulisan gue ini untuk lebih sensitif sama perasaan orang lain. Termasuk mereka, penyandang autis dan keluarganya. Salah satunya ya dengan ga pakai kata autis untuk bercanda. :))