HUJAN, Kita Dan Mimpi Part 2

Selasa, 10 Mei 2011

HUJAN, Kita Dan Mimpi Part 2


Huh, kali ini kau sudah keterlaluan, 3 hari berturut-turut kau menjebakku, bahkan sekarang aku masih di depan kelas, mana mungkin ada bis yg mampir dulu kekelasku. ayolah pulang, jarak ke sekolah ke halte kan lumayan. ah kau tuli, ddari tadi aku ngomel kau tetap saja menari. dsar menari diatas penderitaan orang!.

"pakai payungku saja!" dia datang lagi, selalu dalam suasana seperti ini

Tanpa bertanya apa tida merepotkan aku menerima payung tersebut, payung kecil yg hanya cukup untuk satu orang berwarna biru, warna kesukaanku.

ku buka payungnya lalu mulai melangkah diatas beton yg basah, baru saja 5 langkah berjalan, aku tertarik melihatnya. Ah dia masih disana, berdiri dengan gaya so dewasanya, dia membuat kepulanganku tertunda saja, ahirnya dgn dukungamu juga aku kembali menghampiriya.

"jemputanmu blum datang?" tanyaku

"haha, aku bukan anak tk yg harus slalu di jemput, aku udah SMA. hari ini aku mau naik bis, setelah hujan reda baru aku pergi ke halte" ujarnya.

"hujan seperti ini pasti lama, kau pakai saja payung ini." aku menyodorkan payungnya

"loh, ga usah, lebih baik payungnya untukmu, kalau kamu hujan-hujanan nanti sakit."

"kamu pikir aku tega memakai payung ini, sementera kamu si empunya harus menunggu disini" aku menutup payung itu

Rio terlihat heran

"mending kita bermain bersama dia" ujarku

"dia siapa?"

"hujan" aku menengadahkan tanganku agar rintik-rintik itu dapat mendarat di tanganku

"oke, yuk!" dia menarik tanganku lalu menyambar rintikan yg kian membesar.

kami pun segera berlari mengejar beribu-ribu tetesan yg di berikan tuhan, kami bergandengan tangan hujan, aku senang melakukan hal itu. Hujan, taukah kamu, kali ini aku benar-benar lepas bermain denganmu, melepas ikatan yg menjerat kuat tubuh lemahku, melepas atribut kesendirianku. ya, kali ini aku bermain ditemani dia, selanjutnya kami tertaa, lepas sangat lepas. keras sangat keras dan bahkan lebih keras dari suaramu bersama gerombolanmu.

hujan, kali ini kita bermain
bersamamu, bersamanya

########################

"brrrr....dingin banget!" kata rio "kamu ga kedinginan?"

"haha, aku sudah sering bermain bersama hujan, jadi aku ga pernah merasa kednginan" kataku, ya, aku ta pernah merasa kedinginan, justru aku slalu hangat saat di timpa hujan, karena hujan slalu mau menemaniku.
"hmmm.....eh bisnya udah dateng, yuk!" rio menarik tanganku lagi dan mengajaku naik ke bis, entah mengapa rasa ini muncul kembali, rasa dimana aku tak sendiri lagi seperti sebelum-senelumnya.

kami pun duduk bersebelahan dibaris ketiga, aku duduk didekat jendela dan dia duduk tepat disampingku
bis mulai melaju menerobos hujan yg sedari tadi konsisten turun.

"hoammm, naik bis bikin aku ngantuk" celetuknya yg berhasil memecah lamunanku

"kalo ngantuk, tidur lah"

"ya udah, aku tidur ya, ku pinjam bahumu ya?" tanpa mendengar jawabanku, kepalanya sudah duluan mendarat di bahuku, dia mulai memejamkan matanya dan mungkin sebentar lagi akan memasuki dunia mimpi.
5 menit sudah aku menatapinya, menatapi ketampanannya. pantas saja dia diskai banyak siswa di sekolah dan tatapanku usai saat ku dengar kau mengetuk kaca jendela bis, haha, kau cemburu ya melihatku dekat dgnnya? tenanglah, dia takkan selalu bersamamku

***

"kamu kenapa baru pulang?" suara itu membuat langkahku terhenti, suara yg sangat aku rindukan, suara mama.

"mama dengar sudah sebulan kamu selalu pulang naik bis dan tidak mau di jemput, kenapa?"

"aku lebih senang naik bis"

"kamu tau syang, mama khawatir saat mendengar hal itu" mama membelai rambutku

"udahlah ma, ify bukan anak kecil lagi" aku meninggalkannya, sosok yg sebenarnya sangat ku cintai

aku masuk ke kamarku, dimana aku bebas melakukan apa saja, menangis, bernyanyi, menari dan menulis, ya, aku ingin menulis, mengungkapkan isi hatiku lewat goresan tinta dan aku ingin melanjutkan kisahku lagi

"sosok itu kembali dgn wjah penuh cinta, cinta yg mungkin bukan untukku, tapi untuk mereka, tahukah kamu, saat aku melihatnya, menyambutku pulang sekolah, mengungkapakan kekhawatiranya, membelai rambutku yg masih basah, aku ingin sekali memeluknya, tapi entah apa yg terjadi badanku kaku, aku tak bisa menggapainya lalu mengatakan aku merindukannya"

***

0 Komentar :

Posting Komentar

Komentari