Lima Luar Biasa

Selasa, 19 Januari 2016

Lima Luar Biasa


Hari ini gue seneeeeeng banget! Alhamdulillah! Setelah sekian lama menanti, digantung setiap hari, hari ini gue bisa bernapas lega. Semester 5 yang sangat amat panjang ini pun berakhir. Gue bisa melewati semuanya dengan selamat. Meskipun dalam perjalanannya seringkali ga mudah. Ga jarang gue harus merangkak, lari terseok-seok sampai bukan cuma keringat yang bercucuran, tapi juga air mata. Serius!


Gue ceritain dulu gimana semester 5 itu bagi mahasiswa FKG. Jadi, di semester 5 adalah semester dengan SKS terbanyak. Ada satu blok yang SKSnya nyampe 11. Semua praktikum ada di sini: Konservasi gigi, Orthodonti, Prostodonti, Pedodonti, Radiologi, Farmakologi. Dan semua praktikum itu masih harus dibarengi beberapa blok yang sistemnya tutor dan juga beberapa mata kuliah dengan sistem kuliah umum.

Dari awal, gue tahu semuanya ga akan mudah. Sejak pertama gue lihat jadwal yang super padat, gue bisa bayangin akan segimana hektiknya gue. Setiap hari masuk jam 7, pulang ada yang sampe jam 5 sore. Hmmm. Ga akan ada lagi tidur siang, nonton bioskop, ngintilin artis, dan kegiatan-kegiatan menyenangkan lainnya.

Di awal semester, setiap minggu gue presentasi dua kali. Lumayan. Di tengah semester, gue bisa sampe enam kali presentasi. Ga ada waktu buat leyeh-leyeh. Masih bisa bikin bahan presentasi aja gue udah syukur. Seringnya bahan yang gue bikin ga pernah gue pelajari lagi sampai besok. Yah, besoknya langsung dipresentasiin. Belum lagi kalau kebagian nyusun makalah. Ampe larut malam nungguin bahan-bahan dari anggota tutor yang lain. HUP. Besoknya, gue datang ke kampus dalam keadaan berantakan. Kantung mata semakin membesar. Rambut berantakan. Sepanjang jam tutor nguap. Pas ditanya Snap bobok jam berapa, gue sambil tersenyum jawab jam 11. Dan mereka cuma geleng-geleng kepala. Bagi mereka, tidur jam 11 itu normal. Sedangkan bagi gue, normal itu tidur jam 9. Jam 11 itu anomali.

Ada empat blok tutor yang gue jalani di semester 5. Berbagai macam karakter dokter pernah masuk ke kelas tutor gue. Ada yang diem, ada yang cerewet (ampe pusing dengernya, pusing yang bener bener pusing), ada yang baik bangeeetttt (ampe ngebawain kita sarapan nasi kuning sama risoles. Uuhh sedap). Katanya sih, tutor gue suka lucky. Dapat dokter yang ga aneh-aneh. Tutor gue paling rusuh, bahkan ketika ada dokternya. Ya kalau ga rusuh, kita ga bisa belajar. Tapi di akhir satu blok, akhirnya kita kena karma. Dapat dokter yang perfeksionis. Semua yang kita lakuin, semua yang kita omongin, selalu salah. Rasanya kaya ospek lagi. Bahkan ini lebih menegangkan dari ospek. 2 X 2 jam yang rasanya lamaaaa banget. Untung gue selalu duduk ngebelakangin beliau, jadi ga lihat gimana ekspresi dia marah sama kita semua :((

Selain hektik tutor dan presentasi, tentunya praktikum juga salah satu yang menjadi faktor kehektikan semester ini. Konservasi yang emang dari semester 4 selalu menegangkan. Gue dan grup gue mulai beradaptasi dengan konservasi. Ga lagi tegang, ga lagi rusuh. Dokternya memuji kita sebagai grup yang ceria. Tapi keceriaan itu hanya sesaat karena menuju akhir semester, grup kita sering bikin masalah. Terlalu ceria jadi bikin kita hobi ngobrol dan kerjaan kita jadi terbengkalai. Akhirnya, praktikum konservasi grup kita paling tertinggal :(

Ada praktikum orthodonti. Sama kayak konservasi, di awal santai-santai. Pernah gue tiga minggu ga ada kemajuan -,,- bukan karena gue santai sih. Tapi emang karena kerjaan gue salah terus. Bikin behel itu sulit guys :(( Jari ampe berdarah darah ketusuk kawat. Hmmmm. Di akhir semester, gue khususnya jadi sangat amat hektik. Behel gue jadi, tapi ga masuk ke mulut temen gue. Apa yang salaahhh? :( Tapi gue perbaiki sedemikian rupa, akhirnya bisa juga. Yang paling seneng dari praktikum ortho ini adalah dokter yang hadir selalu ganti-ganti. Ada yang cantik, ganteng, suaranya serak kayak Vino G Bastian, sama yang galak dan suka nanya nanya aneh juga ada._.

Pedodonsia. Praktikum ini adalah praktikum tersantai tapi jelas. Dokternya ga pernah marah-marah (meskipun gue pernah dimarahin karena ngeblank pas ditanya mau acc apaan) -,,-. Terus juga di lab kita boleh ribut dan ngobrol._. Ada beberapa pekerjaan yang geng gosip (termasuk gue di dalamnya) kerjain di satu meja. Ngumpul dan ngobrol :(( Praktikum ini berakhir dengan happy ending.

Semester 5 membuat gue tahu gimana rasanya jadi finalis Master Chef. Cuma di praktikum Prosto, lo bisa ngerasain sensasi kehektikan master chef. Jadi, sebelum praktikum, dokternya selalu ngumumin apa yang harus dikerjakan hari itu, waktunya berapa menit. Setiap lima belas menit sekali, sang dokter keluar dari ruangannya. Lalu dengan bantuan toa yang dia buat dari tangan, dia berteriak "YA WAKTUNYA 30 MENIT LAGI! KALIAN HARUS SEGERA MENYELESAIKANNYA." Selain suka berteriak ala Chef Juna, dokternya juga suka datang ke meja kita kayak Mateo. "Ya, kamu sudah sampai mana?". Pernah dia datang ke meja gue. Waktu itu gue lagi ngepreparasi gigi caninus. Tiba-tiba dia rebut alat preparasi gue. Muter kecepatan mesinnya ampe full. "Kamu ini ngerjain kecepatannya segitu. Bisa lebaran selesainya." ujar dia sambil ngerjain kerjaan gue ampe setengah selesai. Gue cuma ngangguk ngangguk melongo kayak orang bodoh. Tapi prostho berakhir happy ending. Meskipun nilai di buku praktikum gue kacrut abis. Cuma 3 kali gue dapat nilai A. Sisanya, hmmmmmmm

Ada juga praktikum DSP 7. Ini sih seru. Belajar nyuntik sama ngasih napas buatan. Seru karena bisa main-main._. Sama kayak radiologi yang seru abis. Untung dapat dokter pembimbing yang seru. Dibecandain juga ga marah, dia juga suka becandain kita balik. Pas lagi diskusi, grup kita suka ketawa-ketawa yang pada akhirnya membuat grup lain terganggu dan marah.

Dan terakhir praktikum farmakologi. Praktikum tergabut karena kita harus nuggu reaksi ampe sejam. Untung penjaga labnya mirip Ayah Abdul Rojak (ayahnya Ayu Ting-ting), jadi kan ada bahan buat diomongin. Terus juga kita mainan mencit. Lucu. Jadi inget film Dono, Kasino, Indro. Si Omen!

Pertengahan bulan desember, gue mulai ujian. Dari ujian tulis, ujian CBT, ujian soca, sama ujian praktikum. Ujian yang saking seringnya, jadi bikin bosen belajar ._. Sebulan gue ujian. Pertengahan bulan januari baru selesai. Hmmmm

Tapi dengan semua kesibukan gue, gue bisa nikmatin semuanya. Di lab yang serba tegang, gue masih bisa ketawa sama semua kebodohan gue. Entah kenapa, gue lebih suka ngetawain daripada meratapi kebodohan gue. Ada aja yang gue lakuin, yang bikin gue gagal, yang bikn gue ketinggalan. Tapi gue ketawa. Lucu soalnya. Saat gue salah motong skrup, gue datang ke dokter sambil nyengir. Dokternya ikut nyengir. Saat phantom gue item banget dan dokter suruh gue bersihin. Saat logam gue bentuknya absurd dan udah bingung diapain, gue akhirnya cuma ngetawain. Tapi gue juga pernah nangis di semester ini. Pertama di lab prostho, ini sih ikut-ikutan nangis karena ga tega lihat temen gue nangis. Yang kedua di lab konservasi, nangis bukan karena ketinggalan. Tapi capek nunggu. Antri yang panjang banget. Pas nangis, temen gue malah bilang "hey snap nangis! Ternyata snap bisa nangis!" Dan karena itulah nangis gue malah lucu, bukan menyedihkan-,,- ujungnya gue ketawa lagi.

Alhamdulillah juga, gue masih bisa main. Masih bisa ngalay. Nonton artis ini, artis itu, nobar film ini, film itu, update instagram, kumpul sama keluarga seminggu sekali, ketemu temen-temen lama. Tapi dari semuanya, gue bersyukur karena gue dikasih kesehatan dan kekuatan sama Allah, supaya gue bisa ngejalanin semuanya dengan tetap bahagia. Sampai saat ini, sampai kapan pun.

Dua puluh empat jam ga akan pernah cukup untuk mereka yang sibuk, tapi selalu cukup untuk mereka yang produktif. -Sebelas Dua Belas

Sibuk itu pasti, produktif itu pilihan. Gue memilih untuk produktif. Mengubah segala kegiatan, kebodohan, ketololan, dan kegagalan jadi kebahagiaan.

Jadi, semester lima luar biasa.