Maha Membolak-balikkan
Hari ini saya tahu betapa Tuhan maha segala-galanya,
termasuk maha membolak-balikan perasaan seseorang. Tadi pagi saya bangun dengan
bahagia. Pukul delapan, bahagia itu masih ada. Saya masih bisa tertawa bersama
teman-teman dan adik-adik murid saya. Bermain perahu di danau kampus.
Siangnya, bahagia itu masih terasa. Meskipun entah
mengapa hati kecil saya menyuruh saya untuk pulang. Dan memang dua minggu
terakhir, saya selalu ingin pulang. Tapi siang itu saya melawan hati saya untuk
tetap tinggal.
Akhirnya saya menyalakan laptop untuk mengalihkan
perhatian. Saya mencoba menulis. Melanjutkan tulisan saya yang sempat beberapa
waktu terhenti. Saya terus menulis hingga akhirnya saya sampai pada bab di mana
saya menyesal pernah menuliskannya. Sungguh!
Kira-kira satu jam yang lalu, saya ditelepon oleh
Ayah saya. Tidak seperti biasanya, suara ayah terdengar bergetar dan seperti
menahan sesuatu. Dia bilang agar saya segera bersiap-siap karena sebentar lagi
saya akan dijemput untuk pulang. Saya bertanya kenapa saya harus pulang? Ayah
tidak mau menjawab. Saya terus bertanya. Dan akhirnya dia mengatakan sesuatu
yang tidak pernah ingin saya dengar. Sesuatu yang sama persis dengan apa yang
saya tulis sore tadi.
Nenek meninggal. Dan seketika cakrawala saya runtuh.
Tidak tersisa sedikit pun bahagia yang tercipta tadi pagi.
Beberapa menit kemudian, saya teringat akan apa yang
saya tulis. Dan saya menyesal. Benar-benar menyesal. Mengapa saya harus menulis
tulisan bodoh macam itu? Mengapa saya tidak pernah belajar dari hal-hal
terdahulu? Bahwa kebanyakan yang saya tulis selalu terjadi pada diri saya
sendiri.
Saya pun menyesali kenapa tidak saya ikuti suara
hati saya? Mengapa saya egois dan memilih membusuk di kamar kost sempit ini?
Nek, maafin Ayi ga ada di samping nenek pas nenek
mau pergi. Maafin Ayi suka nakal. Maafin Ayi yang suka sebel kalau diomelin
nenek. Maafin Ayi yang suka ganggu tidurnya nenek sama ketawanya Ayi. Sekarang,
nenek bisa tidur nyenyak. Ga keganggu lagi sama berisiknya Ayi. Maafin Ayi yang
suka ngerepotin dari bayi ampe segede ini. Ayi sayang sama nenek.
Dan sekarang, seraya menunggu jemputan, saya hanya
bisa menangis seraya menuliskan penyesalan ini. Karena saya tidak tahu harus melakukan
apa untuk membunuh kesedihan mendalam ini. Yang jelas malam ini saya tahu bahwa Tuhan Maha membolak-balikan -suasana- hati seseorang.